VoyForums
[ Show ]
Support VoyForums
[ Shrink ]
VoyForums Announcement: Programming and providing support for this service has been a labor of love since 1997. We are one of the few services online who values our users' privacy, and have never sold your information. We have even fought hard to defend your privacy in legal cases; however, we've done it with almost no financial support -- paying out of pocket to continue providing the service. Due to the issues imposed on us by advertisers, we also stopped hosting most ads on the forums many years ago. We hope you appreciate our efforts.

Show your support by donating any amount. (Note: We are still technically a for-profit company, so your contribution is not tax-deductible.) PayPal Acct: Feedback:

Donate to VoyForums (PayPal):

Login ] [ Contact Forum Admin ] [ Main index ] [ Post a new message ] [ Search | Check update time | Archives: 1[2]34 ]
Subject: INUL shooting video clip di Munchen


Author:
Donna Curhat
[ Next Thread | Previous Thread | Next Message | Previous Message ]
Date Posted: 09:24:25 09/18/03 Thu

Sabtu sore itu, tanpa sengaja kok tiba-tiba saya pengin pergi ke Haupbahnhoff (stasiun sentral kereta api) Munchen. Entah magnet atau feeling apa yang menarik minatku. Aku bawa saja kakiku melangkah...mula-mula pelan, makin lama makin cepat menerobos angin siang hari Munchen yang di bulan September ini terasa agak keras. Yah, karena saat ini itung-itung masih Sommer, jam 6 sore memang matahari masih bersinar terang-terangnya. Kalau di Japanan, pasti jam segini anak-anak pasti masih suka main layangan sampai mata belekan...

Kantong kurogoh, beberapa uang logam Deutsche Mark yang bentuknya mirip uang seratusan perak Indon kucabut. Beberapa keping kumasukkan mesin penjual karcis, dengan jumlah yang sesuai - kupencet tombol - ceeeet....selembar karcis panjang sekitar 20 cm keluar dari mesin. Buru-buru kumasukkan ke mesin "kondektur" sedalam sejauh jarak yang ingin kutempuh.

Stasiun Ottobrunn bei Munchen siang itu...eh udah sore ding...diramaikan beberapa pasang merpati muda Jerman yang sedang membisikkan blpbb...blpbb...("sweet nothing"). Pipi mereka cenderung memucat bila dibandingkan sebulan dua lalu yang masih Sommer se-sommer-sommernya.

Nah, itu kereta KRL "Made in Germany"-ku tiba. Pintu kereta membuka pelan dan halus - nggak seperti KRL bekas Jepang di stasiun Gambir yang dijejali Bonek Arema. Kuhempaskan tubuhku ke dalam kereta. Beberapa tempat duduk agak kosong. Aku ambil satu persis di depan cewek muda Jerman bergaya punk. Lanang ora, wedok ora, si mbak itu pakai pupur warna ungu mirip cewek Mojopurno kesambet keterong. Aku cuek saja, lha wong ini neng negorone Londo Jerman.

Pelan-pelan, mata kusapukan dari kiri ke kanan di Gerbong itu. Sebentar-sebentar tape di kereta menyebutkan stasiun berikutnya yang akan diberhentii oleh kereta ini. "Next halte Neubiberg", "Next halte Munchen Oost"...dan seterusnya sampai "Next halte Haupbahnhoff"...dimana saya harus turun.

Kereta Jerman ini sangat efisien. Pasti seefisien pemerintah Jerman, pikirku. Tidak seefisien kereta Jowo di Jakarta, pikirku lagi. Sebagai tanda ketidakefisienan pemerintah Jakarta, pikirku lebih jauh lagi. Udah ah, jangan ngrasanin orang, kata hatiku. Sepatu Obermann coklat saya seret pelan. Eh, itu kok kayak cewek Indonesia yang terlihat duduk di bangku sana, pikirku.

Kuhampiri dia. Eh, ternyata Inul Daratista !!!!

"Hei...selamat siang Inul", sapaku. "Selamat sore", sambutnya sambil tersenyum. Inul tampak takut menyebut siang soalnya ia terus melirik sekarang sedang jam berapa (di Indonesia tentu).

"Mau kemana nih siang-siang begini ?", tanyaku sekenanya. "Anu, mau ke Marienplatz beli oleh-oleh. Katanya temen saya payung lipat tiga Jerman yang merk Knipp cool banget ya buat oleh-oleh ?", Inul nyerocos cerita sambil bertanya.

"Wah, lama show di luar negeri udah bisa bilang cool segala ya", godaku.

"Inul ngapain di Munchen ?", tanyaku yang benar-benar bersamaan dengan Inul yang juga bertanya kepada saya, "Donna ngapain di Munchen ?".

"Anu, saya lagi.....", he-he..kita lagi-lagi ngomong barengan, persis Srimulatnya Kabul...eh Tessy.

"Tadi siang saya lagi shooting video clip nih. Siangnya di Marienplatz, kemudian ke Olympia Turm, terus lagi diterusin di Universitat Munchen...dan berakhirnya di Englisch Garten", cerocos Inul.

"Wow...English Garten ? Tempat orang tanpa busana itu ?".

"Yoi", jawab Inul sekenanya sambil makan berondong Jerman yang disebut "brandong"..yah, mirip-mirip "branwehr" lah.

"Terus Donna ngapain di sini ?", sergah Inul.

"Saya lagi dikirim oleh kampus saya di Amrik buat Seminar Logic and Program Verification tadi pagi di Universitat Munchen", kataku.

"Ooooo....sini universitasnya bagus ya ?", tanya Inul yang tumben "care" dengan tempat orang sekolah.

"Yah, dibanding beberapa universitas di Indonesia bagus sih. Tapi menurut saya tidak sebagus Universitas Aachen tempat Habibie sekolah", kataku.

"Lo, kenal Habibie ?", tanya Inul.

"Orang dia yang dulu di awal tahun 1980-an ngirim saya ke Universitas Darmstadt dengan beasiswa DAAD", jelasku.

"Oooooo...gitu. Kok sekarang lo kerja di Amrik ?", tanya Inul.

"Money...", jawabku sambil menggosok jari jempol dengan jari tengahku.

(kami terdiam sesaat sewaktu melewati kolam yang direnangi beberapa burung ibis...sejenis mentok kalau di Jawa sono).

"Eh, Nul...siapa sutradara video clipmu kali ini ?", tanyaku.

Inul tidak menjawab, matanya melihat tukang jual hamburger, mungkin ia jadi lapar di negeri yang agak dingin dibanding Japanan ini.

"Dimas Jayadiningrat ?".
"Bukan".
"Reza Manthovani ?".
"Bukan".
"Jose Purnomo suami Nola ?".
"Bukan".
"Garin Nugroho ?"
"Ngawur".
"Habibie ?".
"Iku luwih ngawur meneh".
"Kang Ibing ?"
"He..eh...".

"Yang bener ? Kang Ibing jadi sutradara video clip Inul yang bakalan segera diputar di TV-TV Indonesia dan Malaysia dan Singapura ?".

"He...eh...."

"Becanda lo Nul".

"He...eh..."

(Tiba-tiba aku tersadar dari tidur. Segera kuusap ilerku yang netes mungkin karena pengin makan hamburgernya Inul. Anakku menggoyang-goyang badanku..Mah..mah...bangun mah..bangun mah...ngomong he..eh...he..eh...mulu).

Kupandangi anakku yang baru masuk ITB dan lagi liburan itu. Kusyukuri kemampuannya bisa masuk ITB. Sewaktu kuliah di GKU Barat (Gedung Kuliah Umum), ia dengan bangganya menunjukkan banyaknya tangga di gedung kuliah yang katanya dirancang Sukarno dan dikagumi Habibie itu...

Aku tersenyum...tiada di dunia ini yang bisa dipercaya.

Mimpiku ketemu Inul di Munchen saja tidak bisa dipercaya.

Ya kan ?


-Donna Curhat

{Adik-adik pelajar, bila ngopy cerita ini, setiap lembarnya, silahkan berderma Rp 100 kepada fakir miskin}

[ Next Thread | Previous Thread | Next Message | Previous Message ]


[ Contact Forum Admin ]


Forum timezone: GMT-8
VF Version: 3.00b, ConfDB:
Before posting please read our privacy policy.
VoyForums(tm) is a Free Service from Voyager Info-Systems.
Copyright © 1998-2019 Voyager Info-Systems. All Rights Reserved.