Subject: Mencapai Kesabaran Tiada Berbatas |
Author:
Naomi
|
[
Next Thread |
Previous Thread |
Next Message |
Previous Message
]
Date Posted: 12:01:42 01/13/04 Tue
In reply to:
Naomi
's message, "Kecocokan belum tentu bersatu" on 08:59:21 01/11/04 Sun
Hai !
Aku Setuju ama wandering spirit tentang 4 hal. Great !
Makasih Juga ama EBM ya..
Bagi aku mencintai seseorang adalah memang menerima orang yang kita cintai apa adanya, segala sisi baik dan sisi buruknya. Aku terbiasa menyediakan proporsi 40:10:50, 40% untuk melihat sisi buruk, 50% untuk melihat sisi baik, dan 10% untuk menjada pikiran tetap rasional dan objective.
Hal ini yang pada akhirnya membuat kita menjadi terlihat sedikit indifferent terhapda orang yang kita sayangi, meski maksudnya adalah memberi kesabaran yang tiada berbatas untuk sebuah cinta yang dimaksudkan untuk mengurangi frekuensi pertengkaran.
Kadang memang sikap jarang sekali menuntut atau memberi keleluasan bagi pasangan kita menjadi bumerang lagi untuk kita ya, karena seolah kita dianggap menjadi tidak perduli karena kita tidak cemburu atau kuatir. Tapi ya itulah kenyataannya.
Satu hal yang paling penting dalam hidup aku, bahwa tidak ada satu bentuk cinta sejati yang hakiki selain cinta Sang pencipta kepada Umatnya. Semua adalah sesuatu yang fana. Tidak cinta kita kepada teman, kekasih atau bahkan kepada orang tua kita. Karena anak merupakan titipan dari Tuhan kepada Orang tuanya.
Disaat kita jatuh dan tersungkur, tidak ada jalain lain mencari sebuah jawaban dibalik kegetiran itu melalui sebuah cahaya yang selalu ada dalam hati kita, datan dan bersimpuh kepada Sang Pencipta, yang selalu ada kapan saja saat kita memerlukannya. Hmm.. at least.. cahaya itu akan memberikan sebuah ketenangan dan kedamaian. Tidak terlihat namun dapat dirasakan.
Kehadiran seseorang dalam konteks kebutuhan untuk mencintai dan dicintai seseorang memang kadang tidak bisa dipungkiri. Dan ketika hati kita terusik, kita akan mengikuti flownya. Lalu mencoba memberi penghargaan atas semua kesempatan dan peristiwa yang datang dan terjadi dalam hidup kita. Memberi dan menerima apa adanya.. Mencapai kesabaran yang tiada berbatas untuk sebuah cinta. Karena Tuhan telah menitipkannya kepada kita.
Tetap saja tidak dengan mudah terwujudkan, ketika kita sudah tiba pada titik menerima pasangan kita sangat apa adanya, mencoba bersikap rasional atas seluruh pandangan mengenai pasangan kita, belum tentu pasangan kita memiliki dasar pertimbangan yang sama. Dan kadang hal itu menjadi kembali mentah.
Berbasis memiliki pemahaman atas kefanaan cinta selain dari cinta sejati yang hakiki kepada Sang Pencipta, akhirnya kita akan lebih dapat merasa legowo, untuk menghadapi ketidaksesuaian itu, dan mencapai titik kesabaran yang tiada berbatas untuk tetap menghargai apapun keputusan yang diambil pasangan kita..
Dan tetap, membiarkan keagungan cinta yang selama ini kita upayakan untuknya, mengiringi kepergian pasangan kita untuk meraih kebahagiaannya...meskipun kita bukan menjadi orang yang dipilihnya untuk mewujudkan impian itu.
Salam,
Naomi
[
Next Thread |
Previous Thread |
Next Message |
Previous Message
]
| |