VoyForums
[ Show ]
Support VoyForums
[ Shrink ]
VoyForums Announcement: Programming and providing support for this service has been a labor of love since 1997. We are one of the few services online who values our users' privacy, and have never sold your information. We have even fought hard to defend your privacy in legal cases; however, we've done it with almost no financial support -- paying out of pocket to continue providing the service. Due to the issues imposed on us by advertisers, we also stopped hosting most ads on the forums many years ago. We hope you appreciate our efforts.

Show your support by donating any amount. (Note: We are still technically a for-profit company, so your contribution is not tax-deductible.) PayPal Acct: Feedback:

Donate to VoyForums (PayPal):

Login ] [ Contact Forum Admin ] [ Main index ] [ Post a new message ] [ Search | Check update time | Archives: [1] ]


[ Next Thread | Previous Thread | Next Message | Previous Message ]

Date Posted: 11:26:46 11/19/03 Wed
Author: Adinda dan Maru
Subject: Kesunyian Hati Sita - Novel Bab V

BAB V

Sita meraih Handphonenya yang berbunyi menandakan ada SMS masuk, lalu ia menekan tombol ‘read message’, lalu dia melihat teks message “

“Halo Sita, ini aku, Putri, selesai makan siang menuju Bandung”

Sita merasakan ada sesuatu yang berbeda hadir di dalam hatinya, menerima SMS tsb. Putri ! akhirnya Putri mengirimkan SMS kepadanya, dan dengan begitu ia mengetahui nomor HP Putri, lalu segera ia mencoba menelphone kembali ke nomor HP tersebut, namun hanya Mailbox yang menjawab. Ia mencoba berkali-kali, namun tetap saja Mail box, akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan pesan,

“Halo Putri, Ini Sita, Aku sudah terima SMS dari kamu, terima kasih ya. Aku coba telfon kamu, tapi tidak aktif, terima kasih ya”

Sita memikirkan Putri, seorang yang belum pernah dia temui, namun telah beberapa kali berkomunikasi melalui email. Sita mengagumi Putri, yang menurutnya sangat pandai, menyenangkan dan lucu melalui email-emailnya.

Keesokan paginya, sebelum berangkat kekantor, ia mencoba menelefon Putri, ternyata Putri baru bangun, akhirnya Sita dapat berkomunikasi melalui telefon dengan Putri, setelah itu, dimobil mereka saling berkirim-kirim SMS, Baru kali ini Sita merasa hatinya berbunga-bunga, menerima SMS dari seseorang. Dan setibanya dikantor, Ia kembali menelfon Putri. Putri sangat periang, dan yang tidak dimengerti Sita, Putrir menginginkan dia untuk terus menelfonnya tanpa berhenti, menungguinya menggunakan rok, stocking, berrias, dan lainnya hingga masuk kedalam mobil.

Sita tidak habis mengerti, ada apa dengan Putri, tapi dia merasa sangat bahagia sejak saat itu. Mereka pun tidak pernah berhenti bertelephone, berkirim SMS. Hampir satu minggu berlalu, pada setiap malamnya mereka menikmati bertelephone pada saat dini hari, Sita merasa bahagia saat itu, entah mengapa, berkali-kali Sita meyakinkan Putri, bahwa tidak ada yang menarik dari dirinya, selain seseorang yang sangat berantakan dan terlalu apa adanya. Pada suatu hari Sabtu, Ia memberitahukan kepada Putri melalui SMS, bahwa ia akan pergi ke Plaza senayan menemani Bossnya untuk makan malam disebuah kafe. Betapa kagetnya Sita mendapatkan balasan yang marah-marah dari Putri, dia tidak mengerti kenapa, namun dia berusaha memberi pengertian kepada Putri dan mencoba mencari tahu, sampai akhirnya, Sita tidak tau harus bagaimana, dia hanya mengirimkan pesan singkat karena pertemuannya dengan bossnya sudah semakin dekat di kafe tersebut,
“Liebe Putri, Te Quiero Mucho”

yang kemudian dibalas kembali oleh Putri,

“Aku tidak Quiero kamu..dst..”

Sita terheran-heran, wah gawat, pikirnya, ada perasaan bahwa ia salah menafsirkan Putri, dan salah mengirim kata-kata SMS, mungkin juga Putri malah akan tambah benci, tapi jauh di dasar lubuk hatinya, Ia tidak mengatakan demikian, entah apa, dan Sita tidak sempat berpikir lebih jauh, karena ia telah tiba pada kafe tempat Ia janjian dengan bos-nya. Namun ia sempatkan untuk mengirimkan pesan singkat lagi :

“Aku akan telephone kamu nAnti malam ya”lalu ia mematikan HP-nya.

Malam itu Ia memang telephone Putri, berusaha menjelaskan duduk persoalannya, ternyata Putri hanya sebal karena dia pergi ke Café di Senayan Plaza dimana disana terdapat banyak ABG yang hura-hura, dan Putri menyangka Sita pergi minum-minum. Sita kemudian tertawa terpingkal-pingkal, dan menjelaskan, “Tidak mungkin Putri, aku tidak mungkin melakukan itu, kalau boleh aku jujur ya, mudah-mudahan kamu tidak apa-apa ya, aku jujur bahwa aku menggunakan kerudung” sejenak mereka sama-sama terdiam setelah itu, lalu kemudian Putri pun mengerti. Lalu mereka pun melanjutkan obrolan-obrolan ringan, hingga entah bagaimana, pada akhirnya pada pukul 4.15 dini hari, mereka saling menyatakan cinta mereka satu sama lain, dan itu menjadikan wajah kehidupan Sita menjadi jauh berbeda……jauh berbeda…

Ada sesuatu yang dikhawatirkan oleh Sita, mereka belum pernah bertemu namun mereka telah buat komitmen untuk saling mencintai, entah kekuatan apa yang mereka miliki, dan Sita berusaha memberitahu Putri bahwa ia bukan orang yang patut untuk dikagumi dan Sita khawatir Putri akan berubah saat mereka bertemu. Sita sendiri, yakin akan Putri, apapun hasilnya nanti setelah mereka bertemu. Sita yakin, Putri adalah seseorang yang sangat menyenangkan, namun dia khawatir bahwa dirinya tidak sesuai dengan harapan Putri. Akhirnya sejak saat itu, merekapun tidak pernah terlepaskan untuk saling berkomunikasi.

Waktu yang ditunggu pun tiba, Empat hari kemudian, pada suatu hari libur dihari jum’at lebaran haji, Putri pulang ke Jakarta, dan mereka berjanji untuk bertemu. Putri akan main kerumah Sita. Sita bahagia sekali menyambut hari itu. Dan siang itu, Putri telefon kerumah Sita, bahwa dia sudah tiba didaerah dekat rumah Sita namun dia takut nyasar. Akhirnya Sita menyusulnya, dan mendapatkan mobil Putri berhenti disebuah pinggir jalan, lalu dia menyalip dan mengeluarkan tangan kananyna memberikan kode, agar Puri mengikuti mobilnya untuk parkir ditempat yang lebih aman untuk berhenti. Dan setelah memarkirkan mobilnya, Sita kemudian turun menghampiri mobil Putri yang berhenti dibelakangnya, menghampiri jendela kaca mobil Putri yang terbuka. Saat itu Jantung Sita berdegup kencang, menemui Putri, seseorang yang selama ini menghiasi malam-malam dan mimpinya. Betapa cantiknya Putri, ia berujar kepada dirinya sendiri dalam hati. Sesaat Sita sempat grogi, tapi ia mencoba untuk mengatasinya. “Bagaimana, udah liat tampang aku ?” Tanya Sita kepada Putri. Yang ditanya hanya tersenyum malu dan mengangguk. Saat itu Putri cantik, sedikit berrias, dan rapih. Sementara Sita hanya mengenakan kaus hijau gembel dan celana kain serta sendal rumah, tidak ada riasan pada wajahnya. Lalu mereka pun menuju rumah Sita.
Mereka duduk di ruang tamu, saling berhadapan, dan saling menatap. Ada yang berkecamuk dalam dada Sita saat itu, dia mencoba mencari tahu melalui mata Putri, apa yang ada dalam benak Putri mengenai dirinya, akankah Putri menyukainya ?.

Sementara Putri lalu membuka telapak tangannya, seakan meminta Sita untuk menghampirinya, tapi itu tidak dilakukan Sita, Sita hanya membalas tatapannya dan menoleh kearah ruang televisi dimana disana ada kedua orang tuanya dan kakaknya. Dan mereka pun makan siang bersama, ketupat masakan ibu Sita. Seusai makan mereka pun duduk diluar, Sita merokok sehabis makan. Sita hanya berusaha bersikap apa adanya dirinya. Putri duduk dihadapannya. Lalu Putri kembali membuka telapak tangannya yang sebelah kiri, mengundang Sita untuk meletakkan tangannnya diatas tangan Putri. Lalu mereka pun bergenggaman erat. Saat itu, hati Sita berdebar kencang, dan seakan melayang diudara. Mereka pun kemudian ngobrol-ngobrol. Lalu tidak lama ibu Sita akan pergi keluar dengan kaka Sita dan adik-adiknya. Sita dan Putri ditinggal berdua dan Ayah Sita berada didalam kamar. Sita berusaha membereskan rumah selagi rumah sepi, dan Putri asik nonton televisi. Selesai bebersih rumah, Putri memintanya untuk duduk didekatnya. Lalu mereka pun duduk berdampingan. “Kita telefon Bianca yuk ?” ajak Sita. Bianca adalah salah seorang pengurus disebuah organisasi yang beranggotakan para ‘jeruk’. Putri hanya menggeleng, dan Sita berusaha membujuknya, akhirnya Putri mau melakukannya, “ya udah boleh, dengan satu syarat” ujarnya. “apa?” tanya Sita polos. “kasih sun aku” jawab Putri. Sita tertegun, lalu duduk disamping Putri. Terdiam. ‘Boleh?” Tanya Putri. Sita mengangguk, “Dimana?’ tanya Sita naïf. “Di bibir!” Jawab Sita. Sita serasa disambar gledek saat itu. “Dibibir ?” Tanya Sita meyakinkan. “Iya di bibir” jawab Putri mantap. Sita mengatur debar jantung dan nafasnya. Dia mengumpulkan kekuatan untuk melakukannya, melakukan sesuatu yang tidak pernah lagi dia lakukan sekian lama. Lalu kemudian ia mendekatkan diri sementara Putri mulai memejamkan matanya. Sita menyentuh bibir Putri yang tipis dan berwarna merah dadu dengan lembut lalu kemudian segera melepaskannya kembali. Sita tersipu malu setelah itu, dan menunduk, tiba-tiba kepalanya terasa gatal karena keringat membanjirinya. Putri tersenyum. Lalu mereka saling menatap, lalu kemudian Putri meraih kepala Sita, dan memberikan ciuman panjang yang memabukkan untuk Sita, Sita kaget setengah mati, saat itu Putri memberikan sebuah ciuman panjang, yang tidak akan pernah terlupakan oleh Sita. Begitu memabukkan dan penuh dengan kekuatan cinta. Begitu memabukkan. Sita keget luar biasa. Lalu setelah beberapa saat mereka larut dalam ciuman yang memabukkan itu mereka pun berpelukan.

Setelah itu mereka menelfon Bianca, ngorbol sebentar, lalu mereka kembali duduk. Tidak ada lain yang dilakukan oleh keduanya selain saling berpelukan setelah itu dan Putri mencium leher Sita dan sedikit memberikan gigitan di leher Sita. Saat tu Sita berdebar-debar. Dan Sita yakin, bahwa Putri menerima dirinya apa adanya.

Kesokan harinya pun mereka berjalan-jalan ke ancol seusai pulang habis mengantarkan surat undangan. Mereka menghabiskan waktu dengan ngobrol-ngobrol dan menumpahkan kerinduan mereka. Sita berusaha untuk menjaga Putri, dan berlaku sopan, Mereka hanya melakukan cium dan peluk. Putri mempertanyakan cinta Sita kepadanya. Sita tidak menjawab. Lalu Sita hanya menyuruh Putri memejamkan matanya, lalu Sita meraih tangan Putri, dan membawanya ke dalam bajunya, meletakkan telapak tangan Putri di dadanya. Putri terlihat Kaget, namun ia tidak segera membuka matanya, lalu Sita melepaskannya kembali. Kemudian mengecup punggung tangan Putri.

Sesudah itu mereka memutuskan untuk makan bubur di daerah sabang. Sepulang dari makan bubur, mereka putar-putar kota Jakarta. Kawasan Mega Kuningan, namun Putri tertidur dimobil, lalu ketika hari sudah larut, Sita pun mengantar Putri pulang kerumahnya, namun Putri belum ingin pulang, Putri memintanya untuk berhenti di pinggir jalan Casablanca. Lalu mereka kembali melepaskan kerinduan mereka melalui dekapan dan ciuman di bibir dan dileher. Sita mulai terbiasa dengan keindahan ini, keindahan yang begitu membuainya, melupakan seluruh dukanya, menciptakan sebuah gairah baru dalam kehidupannya. Kali ini, Putri mempersilahkan Sita mencium perutnya, namun Putri sendiri merasakan sesuatu yang kurang, dia ingin Sita melakukannya lebih jauh dari itu, akhirnya Putri membuka kancing blus jeansnya satu persatu, dan memberikan Sita kesempatan menikmati sebuah keindahan. Dan ketika Sita menyentuhnya dengan bibirnya, dada Putri berdebar, dan nafasnya mulai berpacu lebih cepat dari pada biasanya. Sita mengagumi keindahan yang dia dapatkan malam itu. Sita merasa sangat bahagia.

Hari demi hari berlalu, mereka terus merajut jalinan kasih ini, kian hari kian mendalam, dan pada suatu hari Sita menjemput Putri ke bandung, sehari sebelum hari ulang tahunnya. Mereka saling berharap bahwa mereka akan dapat melakukan persatuan mereka malam itu, namun kesempatan yang ada tidak semudah itu untuk didapat, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Jakarta.

Mereka mengisi bensin lebih dahulu ke pomp bensin di kebon kawung dekat stasiun. Sambil menunggu Sita memberikan sebuah kotak cincin untuk Putri, namun Putri menolaknya dan membuangnya, “Aku gak mau, aku gak mau dikasih dipomp bensin!” Jawabnya merajuk. Lalu Sita meminta maaf dan terdiam meletakkan kotak tersebut di dashboard mobil, lalu ia memegang tangan kanan Putri mengecupnya “Maafkan aku” ucapnya dan bertanya, “Putri, bolehkah jari-jari kamu aku jadikan permen ?” tanyanya. Putri menjawab “boleh”. Lalu Sita mengulum jari manis Putri, dan memasukkan cincin yang sudah dia siapkan didalam mulutnya untuk masuk kedalam jari Putri.

Putri merasa terkejut saat itu, ia merasa dipermainkan dan ditipu, selesai memasukan cincin ke jari Putri, Sita mengecup punggung tangan Putri, dan mengucapkan “Surprise !” . Putri tidak mampu berkata-kata saat itu hanya mengumpat karena ia merasa sangat kecolongan dan kedahuluan. “Aku tidak bisa memberikan kamu apa-apa !” ujarnya menyesali kesempatan untuk memberikan seluruh jiwa dan raganya malam ini kepada Sita. ‘Tidak perlu Putri, aku datang kesini tidak harus karena hal itu, it is not just for having SI, Putri ! tapi aku ingin membuktikan kesungguhan aku kepadamu” jawab Sita. Putri membuang pandangannya ke jendela, membuang rasa menyesalnya karena tidak mampu memberikan kebahagiaan kepada Sita.

Mereka pun membeli makanan untuk diperjalanan McDonald Drive thru. Lalu mereka melanjutkan perjalanan pulang. Sesekali mereka berhenti diperistirahatan dan Mereka juga berhenti di puncak untuk minum susu ovaltine lalu melanjutkan ke arah Jakarta. Melepaskan lelah sejenak di tepi jalan tol setelah masuk pintu tol ciawi. “Kamu mau Es ?” Tanya Putri. “mau kalau tidak pakai sendok” jawab Sita menggoda. Putri lalu mengerti, lalu dia menghirup es Mc D yang sudah mencair tersebut, lalu memberikannya langsung kedalam mulut Sita, lalu mereka melanjutkannya dengan lembut. Dan keinginan yang sudah tersimpan sejak awal untuk meraih kebahagiaan itu bersama pun muncul kembali, kali ini mereka melakukan lebih jauh lagi. Putri memberikannya kepada Sita, membiarkan Sita menyentuh hampir seluruhnya, mereka terbuai dalam gairah mereka, hingga kemudian Putri tiba-tiba tertawa, sehingga membuat Sita berhenti, “kamu kenapa, sayang ?” Tanya Sita. “Aku.., aku menyadari kakiku sudah di atas setir, honey” mereka pun tertawa berbarengan. Lalu akhirnya mereka memutuskan untuk menyimpan keinginan mereka dan kembali pulang ke rumah masing-masing. Baru kemudian keesokan harinya, mereka melakukannya disiang hari, disela-sela kesibukan persiapan acara pernikahan adik Sita, dikamar Sita yang sempit, hanya dinding yang menyaksikan Keindahan ini.

Hari berlalu dengan begitu indahnya dilalui oleh mereka, week-end tidak akan pernah terlewati tanpa kebersamaan mereka, tanpa luapan cinta mereka, tanpa penyatuan mereka di peraduan kasih. Putri dan Sita tidak lagi dapat dipisahkan, hati mereka begitu lekat dan erat. Dan Pengukuhan cinta dan kasih mereka, diadakan di sebuah acara “The charmed couple” disebuah villa di puncak. Sita berikrar bahwa,

Ia akan menyayangi dan mencintai Putri tidak untuk sedetik, selangkah, semenit, sekian langkah, setahun, melainkan untuk selamanya.

Malam hari setelah acara tersebut, mereka kembali memadukan seluruh hasrat yang mereka miliki untuk selalu bersama. Bahkan setelah itu, mereka kembali menginap di sebuah hotel kecil di jalan riau dan menghabiskan waktu bersama dalam keindahan yang tidak pernah terlukiskan, dan akan selalu dikenang sepanjang hidup mereka.

Hingga, Pada suatu hari badai itupun datang, tiba-tiba saja Sita ingin menanyakan kepada Putri tentang sesuatu, “Kamu kapan menikah, Putri ?” Tanya Sita. Sita kaget mendengarnya. Dia terdiam. Lalu Sita kembali mengulangi ucapannya. ‘Kapan Putri ?” Tanya Sita. Saat tu Putri sedang tugas belajar di Jakarta, dan hampir setiap malam mereka bertemu dan menghabiskan waktu di senayan, di mega kuningan dan beberapa tempat yang memungkinkn untuk dijadikan tempat mengobrol. “Berarti kamu sudah sangat dekat denganku” ujar Sita tanpa memberikan jawaban. “Naluri” hanya itu yang terkeluar dari bibir Sita. Karena selanjutnya, ia merasa lehernya tercekik dan tidak mampu berkata apa-apa lagi. Setelah itu, mereka saling terdiam, “Katakan padaku, kapan tanggalnya ?” Tanya Sita. “Aku pusing, Sita,” jawab Putri.

Setelah berdebat panjang lebar, akhirnya Putri mengatakannya. Sita merasakan langit diatasnya runtuh seketika. Dan dia tidak lagi berdaya. Dia merasa sangat tidak berdaya. Sita merasa dirinya terlempar ke dalam jurang yang begitu dalam.

Semenjak itu, hari-hari mereka lalui dengan penuh luka, perih tidak tertahankan, berbagai upaya dipikirkan untuk mencari jalan keluarnya. Namun tetap saja Mengalami kebuntuan.

“Aku akan divorce, Sita, sungguh, percayalah kepadaku,” kata Putri suatu kali. Selama itu hati Sita begitu berkecamuk, tiada menentu, dan tidak dapat diatasi dengan baik olehnya sendiri.

[ Next Thread | Previous Thread | Next Message | Previous Message ]

[ Contact Forum Admin ]


Forum timezone: GMT-8
VF Version: 3.00b, ConfDB:
Before posting please read our privacy policy.
VoyForums(tm) is a Free Service from Voyager Info-Systems.
Copyright © 1998-2019 Voyager Info-Systems. All Rights Reserved.